Komunitas Film Papua Voices, terlibat dalam Kongres Masyarakat Adat Nusantara keenam melalui pemutaran film-film dokumenter berdurasi lima sampai 10 menit. Film yang bercerita tentang tanah, air, hutan dan manusia Papua di atas tanah adatnya. Komunitas Filem Papua Voice digagas olah anak-anak muda Papua, pada 2011 lalu. Sentani, MC KMAN VI – SEBAGIAN film yang telah diputar sejak Selasa 25 Oktober hingga Sabtu 29 Oktober 2022 malam dengan judul film, “Kehidupan Masyarakat Adat. Kisah Masyarakat Adat Mempertahankan Tanah Adat dan Hutan, Perempuan Penjaga Tanah dan Hutan, Kepercayaan dan Trasidi, Belajar dan Bertahan”.
Semua film yang diputar tidak terlepas dari tema besar yaitu Memperjuangkan Hak-hak Masyarakat Adat. Mulai dari wilayah adat: hutan, air, tanah, batu, kayu dan marga-satwanya yang berada dalam bayang-banyang deforestasi.
Koordinator Papuan Voices, Harun Rumbarar kepada mengatakan melalui film dokumenter, kami ingin menyampaikan pesan kepada seluruh lapisan masyarakat di Papua, Indonesia dan masyarakat adat di belahan dunia lain tentang persoalan masyarakat adat di Papua hari ini. Tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ancaman sedang ada dalam bayang-banyang kehidupan masyarakat rentan dalam hal ini, masyarakat adat.
Kesan lain dari Susan peserta KMan keenam, mewakili Solidaritas Perempuan Papua, mengaku terkesan dan juga mendapat banyak pesan dari cerita-cerita yang ada dalam film dari sekian film yang ditonton Susan.
“Saya benar-benar melihat penderitaan perempuan begitu dekat di lingkungan koorporasi seperti perusahaan kelapa sawit misalnya, membabat habis hutan adat. Padahal, itu tempat sumber kehidupan perempuan untuk menghidupi keluarga. Penderitaan itu terus berlangsug hingga kini”.