Balai Adat Simbol Kebangkitan Masyarakat Adat

Kabar
Ketua Panitia Kongres Masyarakat Adat Nusantara KeEnam (KMAN VI) yang juga Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE,. M,Si bersama pengurus dan anggota Dewan Adat Suku, para Ondoafi, Masyarakat adat dan tamu undangan pada peresmian Balai Adat Kampung Meikari Distrik Kemtuk, Jumat (28/10).
Ketua Panitia Kongres Masyarakat Adat Nusantara KeEnam (KMAN VI) yang juga Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE,. M,Si bersama pengurus dan anggota Dewan Adat Suku, para Ondoafi, Masyarakat adat dan tamu undangan pada peresmian Balai Adat Kampung Meikari Distrik Kemtuk, Jumat (28/10).

Sentani, MC KMAN VI –  Ketua Panitia Nasional Kongres Masyarakat Adat Nusantara KeEnam (KMAN VI), Mathius Awoitauw, SE,. M,Si menegaskan Balai adat merupakan simbol kebangkitan masyarakat adat, sebagaimana Kebangkitan Masyarakat Adat (KMA) ke-9 kini sedang dirayakan masyarakat adat di Kabupaten Jayapura bersama masyarakat adat nusantara, tepatnya tanggal 24 Oktober 2022 sekaligus perhelatan kongres masyarakat adat nusantara di wilayah Adat Tabi.

“Kita punya jati diri, kita punya harga diri dan kita punya nama baik yang dilambangkan dengan kebesaran Balai Adat,” ujar sang pelopor masyarakat adat kabupaten jayapura ini, di sela peresmian Saliyap atau Balai Adat Kampung Meikari yang berlangsung, di Kampung Mamei Distrik Kemtuk Jumat (28/10) ditandai dengan pengguntingan pita papan nama serta makan bersama menu bakar batu di balai adat yang baru diresmikan itu.

Balai adat, lanjut Bupati Mathius adalah tempat dimana masyarakat adat gunakan untuk mengambil keputusan-keputusan besar dan penting, mengenai masa depan masyarakat adat yang melekat dengan tanah, hutan dan sumber daya alamnya.

Dengan demikian balai adat inilah simbol persatuan dan kebersamaan terjaga sebagai masyarakat adat, simbol untuk bagaimana masyarakat adat bersatu membangun kampungnya, simbol bagaimana masyarakat adat bersatu untuk memikirkan masa depan anak-anak sebagai generasi penerus ditengah derasnya arus globalisasi yang seakan mengancam kehidupan dan eksistensi masyarakat adat.

Bupati juga mengajak masyarakat adat agar senantiasa tetap menjaga hutan, tanah dan tidak boleh dialihkan ke orang lain, karena hutan dan tanah adalah sumber kehidupan dan masa depan anak cucu.

“Pembangunan apapun, itu dibicarakan dan disepakati dengan masyarakat adat di balai adat yang ada di kampung. Kalau fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan lainnya dibangun itu juga milik kita, karena itu untuk masa depan anak-anak kita yang harus kita jaga dan rawat bersama, jangan kemudian hari dipersoalkan lagi dengan cara-cara pemalangan, padahal itu untuk anak-anak kita. Tanah dan hutan kita ini untuk masa depan anak-anak kita, kita minta tolong pemerintah bangun dan kita pun harus menjaga dan merawat supaya anak-anak kita terus bertumbuh untuk menatap masa depan mereka,”jelasnya.

Di Balai adat juga Bupati Mathius menyerukan agar masyarakat adat terus membicarakan hal-hal untuk kepentingan dan masa depan masyarakat adat, termasuk menerim tamu yang datang dapat dibicarakan di balai adat sekaligus mengambil keputusan bersama semua komponen adat terkait.

“Kita tidak bisa lagi kerja sendiri-sendiri, kita harus bersatu. Di Balai adat ini juga tidak boleh sepi, kalau anak-anak mau belajar mengenai kebudayaan, bahasa, ukiran-ukiran, sistim dan struktur adatnya seperti apa, belajar di sini. Dengan demikian gerakan kebangkitan masyarakat adat itu nampak,” pintanya.

Sementara itu, Kepala Kampung Mamei, Nimrot Samon mengatakan keberadaan Saliyap atau Balai adat Kampung Meikari merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan budaya dan adat istiadat masyarakat adat setempat.

“Menghadapi perkembangan zaman sekarang ini, jati diri masyarakat adat memang harus terus di perkuat, karena gereja saja tidak cukup tetapi kekuatan masyarakat adat menjadi fondasi kokoh untuk kemajuan anak cucu kita kedepan,”ujarnya.

Kepala kampung Mamei ini juga mengapresiasi pesan-pesan sang pelopor kebangkitan adat di Kabupaten Jayapura, Mathius Awoitauw yang menegaskan bahwa balai adat itu menjadi titik kumpul masyarakat adat untuk menentukan masa depan kampung dan anak cucu.

“Sebagai masyarakat adat kami apresiasi bapak bupati yang terus menerus memberi pencerahan kepada masyarakat adat bahwa balai adat ini sebagai titik dimana kita dapat mengarahkan generasi anak cucu, pemuda untuk menatap masa depan yang cerah tanpa kehilangan jati diri kita,” ulasnya.

Balai adat ini merupakan suatu bagian yang sangat penting dan sekaligus menjadi perhatian pemerintah kampung guna menghimpun masyarakat adat di kampung bisa duduk bersama, berkumpul dan berdiskusi untuk semua hal baik masyarakat adat di kampung.

“Pada kesempatan ini kami pemerintahan kampung dan segenap masyarakat adat mengucapkan rasa terimakasih kami kepada bapak bupati yang telah meluangkan waktu meresmikan balai adat ini, ditengah kesibukan bapak selaku ketua panitia kongres masyarakat adat nusantara yang saat ini sedang berlangsung,” sanjungnya.

Sumber: MC KMANVI Kab. Jayapura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *